“Rise of Nation” is Rise of My Nation…

Mau tidak mau kita harus mengakui bahwa negara kita perlu bangkit. Mau tidak mau kita juga harus mengakui bahwa bangsa kita harus kita angkat di pentas dunia. Masyarakat yang berperadaban (civil society) masih diklaim menjadi identitas bangsa barat. Kita, bangsa Inodesia, dapatlah dikatakan dalam masa-masa downfall dari pendas dunia. Percaya atau tidak, sejarah pernah mencatat kahaibatan “Macan Asia” di panggung konstelasi global. Banyak prestasi dan tokoh yang pernah kita lahirkan, dan itu masih tercatat sampai sekarang.

Jika merujuk pada hukum alam yang meniscayakan hal yang berlawanan, seperti siang dan malam, baik dan buruk, benar dan salah, maka ada pula lawannya downfall, yaitu rise. Ya, kebangkitan itu yang selama ini hanya menjadi mimpi abadi bagi kita. Atau lebih tepatnya hanya retorika? Tapi bagaimanapun juga, “mimpi itu bisa kita wujudkan”, ya kita. Sebenarnya saya juga bingung, siapa yeng dimaksud dengan kita, tetapi saya sangat yakin bahwa yang membaca posting ini adalah yang saya maksud dengan kita.

Saya teringat tentang sebuah game jadul yang dulu pernah saya mainkan, gila-gilaan sampe ndak ingat waktu, sangat menarik, game “Rise Of Nation”.saya nulis posting ini di kompie kantor, he he). Game yang luar biasa bagi seorang yang awam game, kalo lagi main tidak cukup 1 malam, bisa sampe 1 bulan game tersebut baru dapat diselesaikan, dengan frekuensi main hampir tiap malam, soalnya kalo siang komputernya dipakai yang punya sih……. Pertama kali saya main game ini di komputer teman kuliah, maklum, dulu saya belum punya komputer sendiri (ps:

Game tersebut butuh waktu lama karena mengisahkan perjalanan dan kebangkitan sebuah negara ciptakan kita sendiri, pertama-tama kita akan memilih negara mana yang akan kita bangun dengan tangan kita sendiri. (info: game tersebut tidak menyediakan pilihan Negara Indonesia). Setelah itu kita tentukan bentuk geografis dan negara-negara pesaing kita, sebagai kompetitor. Baru setelah itu game dapat kita mainkan.

Luar biasa….. serta merta kita menjadi Presiden, sekaligus Panglima Perang, sekaligus konseptor negara. Kita tentukan letak ibukota, kita bangun sumber daya manusia, kita eksploitasi sumber daya alam. Selanjutnya kita ciptakan pertahanan keamanan yang kuat, kita buat persenjataan yang maha hebat. Selanjutnya kita tingkatkan derajat bangsa kita di pentas internasional, bukankah kita tadi juga telah menunjuk negara pesaing kita, jadi kecepatan dan ketepatan strategi pembangunan yang kita konsep harus benar-benar akurat dan berimbang.

Saya usul agar dibuat peribahasa baru yang berbunyi, ”Game adalah guru yang sangat bijak”, karena dengan game tersabut kita bisa paham bahwa suatu negara tidak bisa berkembang jika selalu menggantungkan diri dengan bantuan luar negeri, negara tidak bisa maju jika generasi muadanya tidak berpendidikan. Negara tidak terhormat jika tidak memiliki tokoh-tokoh agama yang gemar berijtihad. Negara tidak aman jika tidak memiliki pertahanan militer yang kuat.

Mungkin game ini sangat cocok untuk dimainkan dan dijadikan referensi bagi mereka-mereka yang ingin menjadi calon dalam pemilihan lagislatif maupun eksekutif…ya…calon pejabat yudikatif seperti saya juga ndak apa-apa kok. Tapi sekali lagi ini hanya sekedar saran, atau lebih tepatnya, sharing.

Satu hal yang jadi masalah adalah: Calon-calon kita paham komputer nggak ya??? Kalo hanya punya saya yakin punya, high end malah, tapi kalo make??? Saya ragu. Nge-net bisa buka google aja sudah syukur….

Mungkin bagi sebagian orang bermain game komputer berkonotasi negatif, tapi saya yakin tidak sepenuhnya seperti itu.