RSS

Ramadhan di Rantau

10 Agu

Ndak terasa sudah 2 kali ramadhan saya berpuasa di rantau, jauh dari keluarga, sanak saudara, dan teman, hiks. Siapapun pasti pengen menjalani ibadah puasa bareng keluarga, termasuk saya. Buka puasa bareng, ngabuburit bareng, sahur bareng, tapi….demi membeli beras dan sebongkah batubara….terpaksa keinginan itu harus saya tahan sementara.

Untungnya typical orang jawa banget, semua pasti ada untungnya, saya menjalani kehidupan disini tidak sendirian. Ada 2 orang teman lain yang juga bernasib sama. Jadilah kita saling menemani disaat suka dan duka, being the devil advokat each other, dimana ketika salah satu dari kita senang maka kita juga akan ikut senang, dan ketika ada salah satu dari kita yang kesusahan kita malah tambah senang…eh…

Menjalani puasa di rantau ternyata tidak buruk2 amat, malah kadang2 terasa kalau ternyata kita ada manfaatnya untuk lingkungan sekitar, dari ngisi2 pengajian, jadi imam jamaah, pesantren ramadhan, ato minimal jadi guru TPA-lah. Kalo kok ternyata emang masih ndak laku di lingkungan sekitar n ndak bisa ngapa2in…balik aja sana ke rahim ibu…

Segala yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu dan mengusir kebosanan akan dilakukan. Mungkin karena memang tidak ada kegiatan lain, jadi free banget, sehingga malah akhirnya pencilakan di masjid2 sekitar.

Bagaimanapun, bulan ramadhan adalah bulan yang penuh rahmat. Allah tetap ingat bahwa ada hamba-Nya yang terisolasi di pojok dunia selalu ingat kepada-Nya dan selalu berpositif thingking terhadap segala ketetapan-Nya. Salah satu rahmat-Nya terwujud dalam bentuk undangan untuk berbuka puasa bersama, karena disaat itulah saya bisa makan dengan layak 4 sehat 5 sempurna. Sedikit tips: Untuk menghormati sang empunya hajat, jangan kelihatan kalap makan ketika acara berlangsung. Silakan ambil nasi dan lauk pauk seperlunya untuk dimakan di tempat, dan jangan lupakan untuk membungkus 3 porsi tambahan untuk dibawa pulang…

CEO tempat saya berkebun pernah berkata, bahwa kadang2 manusia harus terpojok dan tertekan, baru akan mengeluarkan potensi yang tidak dia sadari dan berjuang sedemikian rupa untuk meraih kebahagiaan yang dia inginkan. Dalam kasus saya, setelah terpojok dan tertekan, saya baru sadar bahwa ternyata potensi alam bawah sadar saya itu….tidak ada….
*jedug2tembok*

Yang jelas, ada banyak kegiatan yang bisa kita lakukan untuk mengisi ramadhan di rantau. Mengaji ehm ehm, membaca buku, artikel, membuka kaskus, membaca 100 top post id.wordpress, bobo’ siang, dan percayalah, dgn kegiatan2 tersebut maka tidak terasa waktu akan cepat berlalu, tau2 udah maghrib. Tapi sepertinya ada yang aneh, hasrat saya membuka fesbuk di bulan ramadhan ini malah menurun drastis, ah…entahlah…mending bobo’ ngaji aja…

Tidak terasa sekarang sudah 10 hari puasa berlalu, dan 14 hari lagi saya mudik, bertemu dengan keluarga, horeeee…

Ramadhan tahun ini….ada sebuah kesan yang sangat berkarakter yang tidak bisa diungkapkan dengan kata2…

Saya jadi teringat penggalan sebuah  syair dari Imam Syafi

Safir…tajid ‘iwadhan ‘amman tufariquhu
Fanshab…fa inna ladzidza l-‘aisyi fi l-nashabi

Merantaulah…kan kau dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah…karena manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang

Postingan ini dibuat sambil mendengarkan alunan merdu “Negeri di Awan”-nya Katon Bagaskara

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada 10 Agustus 2011 inci Uncategorized

 

1 responses to “Ramadhan di Rantau

  1. eeng

    10 Agustus 2011 at 11:12 pm

    selamat2…..
    kerahkan segala kemampuan utk mencari yg ″manis2″ berpuasa di rantau….

    @Eeng: Makassiiihhh, nanti sore kita akan kembali berjuang memperjuangkan “si-manis” ^_^

    Suka

     

Tinggalkan komentar