RSS

Untuk Caleg yang gagal…..

21 Apr

Pernah nanya om gugel tentang CALEG STRESS? Dijamin, om gugel pun akan stress menampilkan hasil pencarian karena saking banyaknya…..

Saya kemarin ngobrol dengan salah satu penghuni tempat saya berkebun tentang caleh-caleg kalah yang bertingkah laku menyebalkan. Masak, di daerah tempat saya berteduh ada Caleg gagal yang meminta kembali 14 sak semen yang ia sumbangkan yang sangat kebetulan sekali sudah sukses nempel dengan gagahnya di conblok jalan??? bingung ngomentarinya….

Tapi, bukan itu yang ingin saya bahas, saya tertarik untuk mengomentari pernyataan teman saya tadi, beliau berkata begini: “Ya jelas mas vatonie, ndak ada orang yang terima kalo kalah setelah mengeluarkan uang segitu banyak“……weks, bener gituh ya pak? Masak logikanya gitu pak? berarti kayaknya kita ndak sepakath pak….kita mencoba berfikir runtut yuk…

Gini, sebelum seseorang bersikap “Tidak Terima” atas sesuatu yang menimpanya, maka harus dilihat dulu, layak tidak kira-kira sikap “Tidak Terima”-nya itu??? Dengan perkiraan biaya kampanye yang mencapai 300-500jt untuk pencalonan Caleg tingkat DPRD, maka seorang caleg yang cerdas harus bisa membaca, berkaca, dan MENGUKUR DIRI tentang peluang terpilihnya dia. Sebelum dulu memulai, maka harus dilihat beberapa hal:

1. Kira-kira adakah prestasi atau hal lain yang layak menjadikan masyarakat memilih dia ?

2. Apakah masyarakat mengenal dia? (asumsi 3000 suara)

3. Secara riil, apa kelebihan dia daripada caleg lain?

Ingat, masyarakat sekarang sudah cerdas, bisa memilih dan memilah seperti saya yang kemarin untuk DPRD ndak nyontreng, tapi tak ureg-ureg sekalian, calegnya dari negeri antah berantah semua. Kalo ketiga hal diatas tidak dapat dijawab secara konkrit dan obyektif, maka, uang sebanyak itu lebih baik digunakan untuk bisnis ajah. 300 juta, itu kalo digunakan untuk bisnis laptop, bisnis kompie, ato bisnis hp sudah bisa jalan. Apalagi kalo buat bisnis krupuk, wuihhhhhh……..

Kemampuan mengukur diri  dan mengenali kemampuan diri sendiri secara obyektif sangat penting diperlukan agar seorang caleg (dan setiap orang dalam bidang kehidupan apapun) yang terpilih tau seperti apa kapasitasnya yang sebenarnya. Kedepan, diharapkan dia akan menjadi seorang negarawan yang mumpuni, profesional, dan tidak aji mumpung terhadap pangkat dan jabatan yang diembannya. Kalo dari awal dia sudah tidak mau jujur dengan kemampuan dan kapasitasnya, asal nekad, nyalon cuma karena dibujuk mertua, keluarga, ato tetangga dan teman dekat, modal kampanye hasil pinjam Bank, lari ke pegadaian, ato dari hasil jual warisan, trus ndak terpilih, ya jadi gila! Jelazh!

Goblognya lagi, saya ndak tahu jalan pikiran caleg yang nyalon Caleg DPR lewat Partai Gurem. Secara realistis, kalaupun misalnya mereka di daerah DIY dapat 500rb suara, tapi secara nasional partai tersebut ndak bisa mendapatkan 2.5% minimal suara ET, kan sia-sia tuh. Mereka belum pernah baca UU Pemilu kali ya (ndak mau ato emang ndak bisa membaca?), ato emang modalnya cuma Nekad???

Tapi, masalahnya menjadi beda dan perdebatan pun usai kalo niat mereka ndaftar caleg emang cuma semata nyari kerja

Terakhir, ni saya kumpulin 2 link tentang kutipan caleg-caleg gagal kita yang tidak terhormat, sekarat, dan dimaki-maki masyarakat:

http://syamsyah.wordpress.com/2009/04/14/kisah-kisah-caleg-yang-gagal-kalah-dalam-pemilu-2009/

http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/04/19/Topik/krn.20090419.162917.id.html

Pesan: Jangan nyalon caleg ya teman, sesuatu yang didapat dengan instan akan berakhir dengan instan dan membuat sakit hati di kemudian hari, percayalah…..

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 21 April 2009 inci Uncategorized

 

Tinggalkan komentar