RSS

Pengalaman Umroh Part 5 (Final)

01 Okt

Setelah kemaren kita membahas sisi filosofis dari ibadah umroh, maka dalam tulisan ini akan dibahas tentang Mekkah Al-Mukarromah, dengan segala hal yang ada didalamnya.

Masjidil Haram

Saat kami menginjakkan kaki di Masjidil Haram, Masjidil Haram sedang direnovasi, sehingga bagian Masjidil Haram yang dipergunakan untuk ibadah menyusut drastis dibandingkan dengan biasanya.

Masjidil Haram yang terakhir kali direnovasi saat pemerintahan Turki Ustmani, sekarang kembali direnovasi, diperluas, demi menampung jamaah yang lebih banyak. Mungkin kapasitas Masjidil Haram saat ini dipandang sudah tidak layak lagi, padahal sekarang saja sudah begitu luasnya.

Salah Satu Maket Perluasan Masjidil Haram

Saat ini, Masjidil Haram mampu menampung sekitar 2 juta jamaah (halaman masjid juga dihitung). Jika nanti renovasi selesai, maka Masjidil Haram akan berbentuk seperti digambar, dan akan mampu menampung 3 kali lipatnya, atau sekitar 6 juta jamaah.

Saya membayangkan, jika sedang tidak direnovasi, kalau sampai salah keluar pintu, maka sah lah sang jamaah tersesat, karena saking besarnya Masjidil Haram. Maka, tipsnya, masuk dan keluarlah dari satu pintu yang sama, hafalkan, jangan sampai sok ide masuk dari pintu A, keluar dari pintu B, untuk coba-coba mengetes adrenaline, bisa-bisa petualangan situ berakhir di polsek setempat. Minimal, kaki bakal pegel-pegel dan keringatan.

Masjidil Haram yang sedang direnovasi, berimbas terhadap banyak hal, di antaranya adalah pembangunan tempat Tawaf (mas’a) darurat di lantai dua dan tiga, berbentuk bundar, kecil, dengan kapasitas jamaah yang sangat terbatas. Selama dalam masa renovasi, jamaah yang menggunakan kursi roda harus menggunakan mas’a lantai dua atau lantai tiga. Kalau sampai nekat memasuki mas’a lantai dasar (tempat ka’bah berada), siap-siap menerima hardikan manis dari sang Askar.

Jpeg

View Tempat Tawaf Darurat

Saya dan adik-adik kadang sengaja sholat di Mas’a lantai 3, hanya untuk melihat view Ka’bah dari atas yang subhanallah indahnya, tadarrus sambil menikmati aktivitas jamaah di Masjidil Haram, juga berharap keberuntungan mendapatkan spot foto atau video panorama yang cakep.

Beberapa pemandangan menarik “wajib” yang hanya bisa dinikmati dari lantai atas: (1) Suasana para jamaah yang berebutan mencium Hajar Aswad. Paling menarik adalah suasana rebutan mencium Hajar Aswad yang terjadi sesaat dan seketika setelah imam membaca salam sholat selesai. Kalau dilihat dari atas, itu line jamaah bisa makin melengkung: Awalnya bulat rapi, makin sholat mau selesai line-nya makin melengkung ke arah Hajar Aswad. Kadang imam sholat blm baca salam jamaahnya udah lompat duluan, menabrak para Askar yang berjaga di sekitar Hajar Aswad, yang hanya bisa pasrah (Note: Askar tidak ikut sholat, mereka berjaga. Setelah sholat jamaah selesai barulah mereka sholat sendiri-sendiri, berlaku juga saat jumatan), dan (2) View Askar yang sibuk menghalau jamaah, menjelang adzan sholat, untuk mempersiapkan tempat sholat untuk Imam Masjidil Haram: mulai dari menghamparkan sajadah, mempersiapkan mike, mempersiapkan tempat imam cadangan (ada imam cadangan juga ternyata, jaga2 kalau imamnya batal), sekaligus momen saat para askar mengawal para imam dari luar tempat masjid sampai para imam sampai di tempatnya.

Pertanyaannya: Kenapa saya bisa tau hal ginian? Yak, karena pernah saya satu kali sholat tidak khusuk, malah fokus lihat jamaah dibawah #PengakuanDosa :v

Beribadah di Masjidil Haram pahalanya 100.000 kali dibandingkan sholat di tempat lain, maka perbanyaklah beribadah selama berada di Masjidil Haram. Sholat di hotel hukumnya haram, pokoknya harus sholat di Masjid. Dan usahakan berada di shaf paling depan, entah gimana caranya, pokoknya harus paling depan. Caranya sangat mudah: Berangkatlah paling telat 2 jam sebelum waktu sholat dimulai. Berangkat 1 jam sebelum sholat di mulai itu sudah telat, sedangkan berangkat saat adzan berkumandang adalah nyari penyakit: Situ ndak bakal bisa masuk ke dalam Masjidil Haram, karena semua pintu dan akses jalan sudah tertutup (masjid sudah penuh).

Mengingat pahala 100.000 kali lipat ituh, saya pun jadi sangat rajin sholat di Masjidil Haram. Segala macam sholat sunnah, memakai jumlah raka’at maksimal pun dilakukan, sampai-sampai semua sholat sunnat habis, akhirnya sholat ya sholat aja, ndak pake niat, entah diterima entah tidak, pokoknya sholat. <~ Ini contoh jamaah mbandel, pelaku bid’ah garis keras, jangan ditiru.

Shaf Terdepan Sebelum Area Tawaf

Tips: Kalau sudah agak telat (1 jam sebelum sholat dimulai), langsung saja naik ke Mas’a lantai 2 atau 3. Disana nanti banyak jamaah perempuan yang sudah berada di barisan shaf nomor 1, ada yang ngaji, ada yang doa, dst. Nah, kita ambil posisi anteng aja di belakang mereka, ndak usah nyari tempat lain. Nanti saat jamaah sholat akan dimulai, Askar akan mulai berdatangan dan berteriak: “Qum ya Hajj, Mar’ah fi Wara” (Bu, pindah, perempuan shafnya di belakang). Saat mereka bersiap2 pindah, langsung saja ambil posisi awal mereka tadi, maka kita akan sholat di shaf terdepan. Kalau askar tidak ada, kita aja yang tereak ngusir ibu2 tadi, suruh pindah kebelakang, mereka pasti pindah. Ingat ya, tereaknya pake bahasa arab. 😀

Suasana Masjidil Haram tidak seperti Masjid Nabawi, yang lebih nyaman dan adem. Suasana di Masjidil Haram sangat jauh berbeda. Entahlah, mungkin hanya perasaan saya, tapi rasanya memang beda: agak panas, menyengat, ramai dan riuh rendah, jauh berbeda dengan suasana Masjid Nabawi yang khidmat.

Saya tidak bisa membayangkan, saat kmrn mendengar musibah jatuhnya Crane di Masjidil Haram pas menjelang pelaksanaan sholat Maghrib, karena menjelang Maghrib itu adalah saat padat-padatnya manusia di Masjidil Haram. Apalagi sekarang sedang musim Haji, pasti luar biasa padat, sehingga sangat wajar jika jatuh korban sangat banyak. Mana Crane yang tumbang itu luar biasa besar pulak, segede gaban. Turut berduka cita atas musibah Crane Mekkah, semoga para korban syahid, lahum fatihah.

Jpeg

Jamaah berdesak-desakan di Hajar Aswad dan Multazam

Ada beberapa tempat yang merupakan tempat mustajab untuk berdoa di area Masjidil Haram, yaitu Multazam (Dinding antara Hajar Aswad dan Pintu Ka’bah, sekitar 3 meteran) dan Hijr Ismail (katanya, terutama dibawah talang air ka’bah yang terbuat dari Emas), dan Rukun Yamani (Sudut Ka’bah sebelah kiri-nya Hajar Aswad).

Kalau bisa, usahakan kita bisa mencapai Multazam, dan berdoa disana, walau agak berdesak-desakan. Namun jangan dipaksa, jika kondisi sudah terlihat tidak memungkinkan, sebaiknya mengalah. Lha dinding ka’bah yang cuma 3 meter, yang mau kesana ribuan orang, pasti desak-desakan. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa yang disebut Multazam itu bukan hanya area dinding itu, tapi juga daerah yang merupakan perpanjangan dari sana, terus kebelakang (lewat Maqam Ibrahim dan daerah tempat sholat setelah tawaf). Maka jangan khawatir.

Begitu juga dengan Hijr Ismail (Area melengkung di samping Ka’bah, dibatasi oleh dinding 1 meteran), ini juga tempat yang mustajab untuk berdoa, (katanya) terutama di bawah talang air. Kalau menurut saya sih, seluruh area Hijr Ismail itu mustajab, karena dahulunya Hijr Ismail menjadi satu dengan Ka’bah (jaman dahulu Ka’bah tidak berbentuk kubus, tapi persegi panjang). Hijr Ismail bisa ada diluar itu semenjak masa Quraisy, itupun disebabkan karena saat ka’bah hancur akibat banjir, seluruh suku di Mekkah diwajibkan membangun kembali ka’bah dengan hartanya yang paling halal. Paling Halal? Ya cuma bisa jadi segitu itu. Dan karena dahulunya Hijr Ismail adalah termasuk dalam Ka’bah, maka tawaf diwajibkan mengelilingi Hijr Ismail, dan tidak sah jika melewati bagian dalam Hijr Ismail. Pun dengan Rukun Yamani, itu juga susah, tapi memang tidak terlalu berdesak-desakan seperti Hajar Aswad.

Hijr Ismail, pintu masuk dan keluarganya ada disudut kananNote: Masuk ke dalam Hijr Ismail itu susahnya minta ampun, karena pintunya hanya satu (dari sebelah kanan), hanya selebar 1 meter, keluar masuk ya dari pintu itu, jadi harus berdesak-desakan dan dorong-dorongan. Alhamdulillah saya bisa merasakan berdoa di Rukun Yamani, Multazam, dan Hijr Ismail, bahkan bisa sholat hajar di Hijr Ismail. Semoga doa-doa saya makbul, amin.

Nah, kalau membahas Hajar Aswad, ini benar-benar tergantung nasib dan amal perbuatan. Kalau tidak mau sikut-sikutan, ya sudah, lupakan saja. Amat susah untuk mencium Hajar Aswad ini. Saya sendiri tidak bisa mencium Hajar Aswad, padahal jarak muka dengan Hajar Aswad tinggal 1 kilan, tapi tetap tidak bisa, saking hebatnya desak-desakan disana. Saya hanya bisa mengusap-usap dan menyentuhnya.

Tu KFC

Anda lapar? Tenang, di depan Pintu Utama Masjidil Haram (King Abdul Aziz) ada KFC. Ya, saya tidak salah ketik: KFC, beli Burger Goceng 1 lusin pasti kenyang. Di sebelah KFC, tepat di hadapan Masjidil Haram, ada gedung bernama Zam-zam Tower (yang belakangnya ada gedung lebih tinggi besar, yang diatasnya ada jam raksasa). Di lantai 2 dan 3 Zam-zam Tower ini ada Foodcourt, disana ada Mc.D, Starbuck, bahkan Pizza Hut pun ada. Orang arab pun mungkin bosen maem kebab terus.

Mau soto atau bakso? Ada! Walaupun rasanya agak aneh.

Saudi anti US? Silahkan koreksi pendapat anda. Lha wong pusat pangkalan militer US di timur tengah tempatnya di Arab Saudi.

Mmm….sebentar, jangan bahas politik kawasan dulu.

Skip.

Tawaf dan Sa’i

Sebelumnya, marilah kita sadari, bahwa fisik orang Asia Tenggara (termasuk Indonesia) itu masuk kategori kecil mungil kalau dibandingin dengan, mis, orang Timur Tengah & Eropa yang tinggi besar bak pohon asem. Apalagi kalau dibandingin sama orang Afrika: Udah tinggi, besar, kekar hitam pulak. Sekali kita kesenggol mereka ya selesai. Jangan pernah sok ide desak-desak-an dengan orang-orang non asia tenggara, pasti mental.

Suasana Tawaf

Fisik Ibu-ibu-nya juga sama, malah lebih parah: Tinggi Besar + Lebar. Bandingin dengan fisik Ibu-ibu Indonesia, yang sama cuma lebarnya thok, tapi kecil mungil, kesenggol dikit pasti kegusur.

Nah, umroh, dan juga haji, adalah ibadah fisik. Saat tawaf dan sa’I adalah saat ibadah yang menguras tenaga. Dikira muter ka’bah 7 kali itu tidak capek? Sa’I bolak-balik Shofa Marwa 7 kali itu tidak capek? Capek, lelah, masih ditambah dengan suasana panas niscaya jadi pemicu jitu untuk naiknya nafsu emosi.

Jamaah-jamaah non Asia Tenggara punya kebiasaan berbeda dengan jamaah Asia Tenggara, terutama Indonesia. Orang-orang Indonesia lebih memilih untuk menghindari kontak fisik dalam segala hal, apalagi saat tawaf dan sa’I, termasuk di dalamnya sikut-sikutan, dorong-dorongan, atau rebutan jalur. Susahnya, jamaah non Asia Tenggara ini malah prefer sikut2an & dorong2an, mereka tidak segan melakukan kontak fisik. Yang disenggol terpental? Sepertinya mereka tidak peduli. Sampai-sampai, saya sempat bercanda dengan adik, bahwa kontak fisik menjadi salah satu syarat wajib bagi jamaah non Asia Tenggara, demi mencapai Umroh/Haji yang mabrur.

Kumulasi antara Capek + Lelah + Panas + Kontak Fisik = Emosi pasti naik. Maka hanya satu saran yang bisa saya berikan untuk teman-teman yang berniat untuk Haji/Umroh lagi: Sabar! Setting tingkat kesabaran dan ketabahan harus berada di level maksimal. Tidak usah ikut2an yang dilakukan jamaah lain, kita fokus ibadah saja. Tidak perlu memaksakan diri harus tawaf di daerah yang dekat dengan ka’bah (biar mantab) Thawaf dari tempat yang agak jauh tidak apa, demi keselamatan dan kesehatan emosi. Jangan sampai hanya gara2 tawaf, tensi dan darah tinggi malah naik, lalu asam urat kumat.

Ya bersabarlah, kecuali kepepet dan jengkel udah sampe diubun2, dan situ pengen mbales sikut2an saat tawaf, sekali2 tidak apa2, biar lega <~ Tips sesat, lupakan.

Maqam Ibrahim

Dan setelah selesai thawaf, jangan pernah nekat sholat ba’da thawaf di dekat Maqam Ibrahim, di area tawaf. Walaupun ada hadist yang menyebutkan seperti itu, namun area “belakang maqam Ibrahim” itu luas, dan di Masjidil Haram sudah disediakan tempat khusus untuk sholat, agak jauh ke belakang, di luar area tawaf.

Di area Maqam Ibrahim memang sudah ada beberapa Askar yang berjaga dan bertugas menghalau para jamaah yang nekat sholat di sana. Tapi namanya orang, yang ngeyel juga banyak, tetap berusaha cari-cari kesempatan sholat di area Maqam Ibrahim, termasuk jamaah Indonesia. Kita tidak usah ikutan. Jangan sampai saat situ nekat sholat di dekat Maqam Ibrahim, terus kok ketabrak orang yang sedang tawaf, terus keinjek, terus keseleo + encok kumat, terus buat post di FB dan twitter yang isinya menghujat manajemen pemerintah Arab Saudi tidak becus ngurusin jamaah Tawaf…..mmm….ngono kui lah 🙂

Jabal Rahmah

Adik sedang berjalan menuju Jabal Rahmah

Alkisah, Nabi Adam dan Bunda Hawa diusir dari surga karena melanggar larangan Allah memakan buah Khuldi, lalu mereka berdua diturunkan ke bumi. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Nabi Adam diturunkan di daerah India, sedangkan Siti Hawa diturunkan di daerah Iraq.

Mereka berpisah selama sekitar 300 tahun lamanya.

Diturunkan di Bumi yang tidak mereka kenal, tanpa tau arah dan tujuan, mereka saling mencari satu sama lain, berusaha menemukan belahan jiwa yang hilang. Pada saat terpisah dan saling mencari itu, Nabi Adam selalu berdoa “Rabba Dzolamna Anfusana Wa Inlam Taghfirlana…..” sebagai tanda taubat.

Akhirnya, dengan rahmat Allah, Nabi Adam bisa bertemu kembali dengan Bunda Hawa, setelah berpisah sekian tahun lamanya (dalam sebuah riwayat disebutkan selama 300 tahun), di puncak Jabal Rahmah (Bukit Kasih Sayang), di area Padang Arafah.

Saat ini, Jabal Rahmah menjadi tempat ziarah umat manusia sedunia, untuk mengenang kembali peristiwa itu, meskipun Nabi Muhammad SAW sendiri tidak pernah naik ke Jabal Rahmah.

Narsis Diatas Jabal RahmahSebegitunya Nabi Adam mencari belahan jiwanya, karena memang tidak akan ada satupun manusia yang mampu hidup sendiri. Sandal hilang satu saja, walau merk-nya Swallow, pasti kita cari setengah mati, masak iya tulang rusuk hilang tidak dicari?

Manusia adalah Makhluk Ekonomi (kata Adam Smith), makanya sandal yang hilang tadi dicari, dan juga Manusia adalah Makhluk Sosial (kata Aristoteles), makanya manusia perlu berbagi, bercanda, bersenda gurau, berbagi kebahagiaan, juga kesusahan. Lihat orang lain senang ikut senang, lihat orang lain susah tambah senang…eh….tidak begitu ding.

Dan ternyata, vandalisme tidak hanya kerjaan gank anak2 muda di Indonesia/negara lain, Jabal Rahmah pun jadi korban, bahkan lebih parah. Gunung segede itu, sekujur tubuhnya penuh dengan tulisan “anu love anu“, “siapa love siapa“, atau “bin & binti ilal jannah”. Nyaris semua batu di Jabal Rahmah tidak ada yg selamat dari coret-coretan.

Alhamdulillah, saya tdk ikut2an corat coret batu di Jabal Rahmah sana selayaknya ABG alay. Bukan karena apa2, tapi karena memang saya tidak sempat bawa spidol dan pilox.

Selama di Jabal Rahmah, ada tips yang harus diingat: Jangan pernah memakai jasa foto oleh fotografer yang berkeliaran disana, bahkan hanya untuk sekedar minta tolong difotoin, niscaya situ bakal di palak habis-habisan. “Ya Hajj, foto, foto”. Iya, pas difotonya sih gratis, tapi setelah selesai, kita bakal dipaksa untuk membeli foto tadi dengan harga yang diluar akal sehat. Mending bawa tongsis dan foto-foto narsis sendirian, atau tidak usah foto-foto sekalian.

Tulisan Peringatan di Atas Tugu Jabal Rahmah

Di tugu peringatan pertemuan antara Nabi Adam dan Bunda Hawa (di puncak bukit), tercantum berbagai macam peringatan dari pemerintah Arab Saudi (Dilarang meratap, mencium tugu, sholat di sana, dst dst), dalam 5 bahasa: Bahasa Arab, Inggris, Turki, Indonesia, dan ndak tau satu lagi bahasa apa. Bahasa Indonesia ada, karena memang jamaah Haji dan Umroh Indonesia termasuk yang terbanyak (mencapai 20% dari total jamaah).

Tapi, ya itu, peringatan hanya tinggal peringatan, yang sholat disana tetap saja banyak. Askar yang berjaga-jaga di puncak bukit Jabal Rahmah juga ada, tidak cuma 1 orang, ada berapa orang gitu. Tapi apalah daya mereka melawan ribuan jamaah ngeyel yang tetap nekat sholat atau coret-coret di sekujur bukit. Pengen sholat tapi lupa tIdak bawa sajadah? Tenang, ada yang persewaan tikar disana.

Rata-rata Jamaah tetap semangat ibadah disana, terutama sholat. Bahkan saking semangatnya, ada juga jamaah rombongan Umroh Al-Habsyi yang sholat menghadap tugu Jabal Rahmah….menghadap ke arah timur.

Oke, tenang, laisal birra an tuwallu wujuhakum… 🙂

Chapter Jabal Rahmah ini merupakan copas + edit tulisan saya di wall fb

Arafah, Muzdaliah, dan Mina

Salah satu paket ziarah Al-Habsyi Tour dan Travel adalah jalan-jalan ke Arafah, Muzdalifah dan Mina), walaupun hanya cuma numpang lewat.

Arafah Yang Go Green

Ada hal satu hal yang menarik: Arafah sekarang ijo royo-royo, memang belum sehijau puncak bogor, tapi sudah amat banyak pohon yang tumbuh disana. Warga lokal menamai pohon-pohon tersebut dengan nama Pohon Sukarno, karena memang Presiden Sukarno-lah yang menyumbangkan jenis pohon tersebut untuk pemerintah arab saudi. Pohon-pohon tersebut sekarang menjadi tempat berteduh para Jamaah Haji yang sedang wukuf di arafah, tiap musim Haji.

Nama asli Pohon Sukarno adalah Pohon Mindi, asli Indonesia, jenis pohon yang tahan hidup di daerah gersang. Ingat ya, Arafah itu aslinya padang pasir, gersang, jangan disamakan dengan tanah di Indonesia. Maka untuk memastikan bahwa pohon-pohon tersebut tumbuh subur, pemerintah Arab Saudi mengalirkan air untuk SETIAP pohon yang ada, satu pohon dapat jatah satu kran air.

Pohon Sukarno sekarang tidak hanya ada di Padang Arafah, tapi diseluruh pelosok negeri Arab Saudi. Semoga pohon-pohon tersebut menjadi amal jariyah bagi Proklamator kita, Presiden Sukarno, amin. Lahul Fatihah.

Tenda-tenda utk Mabit di Mina, Sejauh Mata Memandang

Setelah melewati Arafah, kita memasuki daerah Muzdalifah. Jalan aspal penghubung dari Arafah ke Mina sekarang sudah semakin lebar. Jika kita melihat di sebelah kiri, sekarang ada stasiun kereta api (monorel) yang menjadi fasilitas bagi jamaah Haji yang ingin berangkat Mina, agar akses semakin mudah dan cepat, demi menghindari kemacetan. Keberadaan kereta api ini sangat membantu memperlancar pelaksanaan Haji, karena akses jalan selama musim haji sangat padat, mulai dari jamaah yang berjalan kaki, bercampur bis dan mobil. Macetnya ngalahin Jakarta pagi hari.

Memasuki daerah Mina, sebelah kanan jalan, sejauh mata memandang, sampai di lereng-lereng perbukitan, dipenuhi dengan tenda-tenda permanen anti api berwarna putih, sebagai fasilitas mabit (bermalam) di mina. Untuk mabit, sudah dibagi pernegara: Indonesia di sebelah sini, Malaysia di sebelah sono, dst dst. Paling beruntung jika mendapatkan tenda mabit di daerah Mina Jadid (Mina Baru), karena paling jauh, jadi harus berjalan sekitar 3-4km jika ingin melaksanakan jumroh di jamarat.

Nah, sekarang mbahas Jamarat, ini adalah tempat yang kemaren menjadi lokasi TKP tragedi Jumroh 2015, yang memakan korban ratusan jamaah Haji sebagai syahid.

Lahum Fatihah.

Mbahas jamarat agak panjangan dikit, biar tergambar bagaimana proses tragedi kemaren bisa terjadi, juga bagaimana cara menghindarinya dimasa yang akan datang.

Jamarat Dulu-Sekarang

Jamarat (tempat jumroh) saat ini berbeda dengan jamarat jaman dahulu. Jamarat jaman dahulu ya kayak gitu itu: hanya sebuah tugu kecil sederhana, diatas tanah, dan semua orang melempar jumroh disana. Tugu jumroh sekarang dibuat menjadi dinding memanjang, dan bangunan 5 tingkat, menjadi lebih luas, sehingga jamaah tidak perlu berdesak-desakan saat melempar jumroh.

5 lantai jamarat lantas dibagi untuk tiap negara dan daerah, masing-masing sudah ditetapkan lantai khusus oleh pemerintah Arab Saudi untuk melakukan jumroh. Mis: Lantai 1 itu untuk jamaah dari Afrika, Lantai 3 untuk jamaah dari Asia Tenggara (termasuk Indonesia), dst dst. Pembagian lantai ini bukan tanpa maksud, seperti yang telah saya sebutkan diatas, mis: Jamaah dari Indonesia yang kecil mungil tidak akan pernah mampu bersaing dengan jamaah dari Afrika yang tinggi hitam besar kekar. Hanya segelintir orang yang kecil mungil tapi sakti, Jet Lee misalnya. Yang jadi masalah, kita kan mau Haji, bukan mau kelahi.

Selain pembagian tiap lantai, jadwal pembagian waktu jumroh pun sudah ada, mis: Jamaah Afrika itu lempar jumrohnya pagi hari (di lantai 1), jamaah Indonesia lempar jumrohnya sore dan malam hari (di lantai 3). Jadwal tersebut sudah ditetapkan oleh pemerintah Arab Saudi, dan sudah disosialisasikan kepada pengelola haji masing-masing negara (kl Indonesia ya Kemenag): Jatah lantai, jadwal jumroh, plus jalur/jalan yang harus ditempuh.

Sudah bagus kan manajemennya?

Gedung Jamarat Kini. Kredit Foto: Bin Ladin Grup

Yang jadi masalah, masih banyak jamaah yang mengejar waktu afdhol beribadah, dalam hal jumroh adalah pagi hari. Maka kadang jamaah Haji yang mau jumroh itu menumpuk pada pagi hari, diluar waktu dan lantai yang telah dijadwalkan, hanya demi mengejar waktu afdhol tadi.

Eh, kemaren ada isu rombongan Pangeran Arab jadi penyebab kejadian Jamarat ya?

Jadi begini, di Jamarat, ada sebuah ruangan lantai bawah tanah yang dikhususkan untuk jumroh para anggota kerajaan, atau mereka yang berstatus tamu negara VVIP (misal: Presiden negara lain yang sedang haji, dst). Tempat jumroh insan khawasul khawas/VVIP ini berbeda dengan tempat jamarat jamaah reguler. Jalan/jalur menuju kesana pun berbeda. Saya mengetahui ini dari kisah beberapa Ketua Pengadilan Tinggi/Hakim-hakim Agung Mahkamah Agung yang pernah melaksanakan Jamarat disana. Tempatnya benar-benar berbeda, dengan fasilitas yang berbeda pula.

Kenapa harus dibedakan? Salah satu sebabnya adalah karena protokoler: Tidak mungkin seorang Presiden negara haji jalan sendiri nunak-nunuk seperti orang hilang, pasti ada pengamanan maksimal VVIP dari paspampres negara tersebut. Yang naik haji 1 orang, Presiden, yang ikut minimal 30 orang (plus pengamanan). Itu udah minimal banget itu. Belum lagi tambahan pengamanan dari Kerajaan Arab Saudi sendiri, jumlah rombongannya pasti tambah banyak. Begitu juga dengan anggota kerajaan. Kalau untuk yang satu ini, saya tidak mau komentar, namanya juga fasilitas anggota kerajaan, kita rakyat jelata tidak usah macem-macem ya.

Lha, terus, bagaimana dengan isu rombongan Pangeran Kerajaan Arab Saudi tadi? Ah, namanya juga cuma isu, mereka hanya tidak tahu, biarkan saja.

Sudah tergambar belum?

Maka satu pertanyaan saya, kok bisa ya dalam tragedi Jamarat tahun ini ada korban dari Jamaah Indonesia? Kan pagi hari? Di lantai 1 pulak?

Terlepas dari berbagai macam pertanyaan dan kontroversi yang terjadi, bagaimanapun ini adalah tragedi, dan korban yang jatuh amatlah banyak. Semoga semua korban tragedi Jamarat menjadi Syahid, dan tidak akan pernah terjadi lagi musibah-musibah lain di masa yang akan datang, amin.

Dan kepada rekan-rekan, terutama saya sendiri, jika suatu saat bisa menunaikan ibadah Haji (semoga tahun depan bisa, amin amin amin), hanya satu hal yang harus dilakukan: taat terhadap jadwal dan ketentuan yang sudah dibuat oleh pemerintah Arab Saudi, atau pemerintah Indonesia.

Insya Allah selamat dan mabrur.

Saluran Air Zubaidah

Di sepanjang Arafah sampai Mina, sempatkan melihat ke sebelah kanan jalan, maka di sepanjang perjalanan, kita akan melihat sebuah bangunan, bukan bangunan sih, tepatnya susunan bata & batu, mirip seperti jalur air/selokan. Ya, itulah Saluran Air Siti Zubaidah.

Saluran Air Siti Zubaidah

Saluran Air Siti Zubaidah adalah salah satu mahakarya teknologi pengairan dunia Islam (Abad 8M). Saluran air ini dinamakan Siti Zubaidah, istri dari Khalifah Harun Al-Rasyid (Dinasti Abbasiyah), karena beliaulah yang mempunyai ide pembuatan saluran air. Hal ini bermula saat Siti Zubaidah melaksanakan Ibadah Haji (beliau melaksanakan ibadah Haji 9 kali, kala itu Dinasti Abbasiyah beribukota di Iraq), beliau melihat banyak sekali jamaah Haji yang wafat saat melaksanakan ibadah haji karena kehausan di Arafah, ataupun di Mina, karena memang daerah Mekkah sangat langka air.

Akhirnya, Siti Zubaidah, berinisiatif untuk membuat sebuah saluran air, yang nanti akan mengalirkan air bersih tanpa henti ke daerah Arafah Muzdalifah Mina, agar tidak ada lagi cerita Jamaah Haji yang meninggal karena kehausan akibat ketiadaan air saat sedang melaksanakan ibadah Haji. Haji jaman dulu ya jalan kaki, pakai unta, berjalan puluhan kilo, silahkan bayangin sendiri.

Saluran Air Siti Zubaidah

Diceritakan bahwa beliau menyumbangkan hingga berton-ton emas (dalam sebuah riwayat, diceritakan mencapai 5 ton emas), demi membangun saluran air yang beliau cita-citakan, yang kelak akan digunakan oleh para Jamaah Haji, dan juga penduduk Mekkah.

Hulu saluran Air Zubaidah berasal dari mata air di daerah Wadi Nu’man (berjarak 7 km dari Mekkah kearah Madinah). Ya, beliau membangun saluran air sepanjang jarak Wadi Nu’man hingga arafah (sekitar 40-50km), dengan teknologi naliko jaman semono (dulu belum ada Pompa Air Sanyo ato Shimizu), dengan arsitektur bangunan sedemikian rupa (dipompa menggunakan tenaga kuda) sehingga air tersebut akan terus menerus mengalir tanpa henti hingga Arafah. Saluran air Zubaidah tetap digunakan hingga awal abad ke 20. Meskipun sekarang sudah tidak digunakan lagi, akan tetapi bangunannya tetap dipertahankan oleh Pemerintah arab Saudi, dan bahkan ada rencana untuk menghidupkan kembali Saluran Air Siti Zubaidah. Inilah salah satu keajaiban mahakarya arsitektur dunia Islam.

Bayangkan betapa besar amal jariyah beliau yang telah memberi minum jutaan jamaah haji selama kurang lebih 12 abad lamanya.

Lahal Fatihah.

———————————–

Foto Keluarga di Jabal Tsur

Sebenarnya masih banyak lagi obyek ziarah yang bisa didatangi di Mekkah, seperti Gua Hira (Hanya melihat sekilas, gunung yang amat sangat tinggi dan curam, serta jauh dari Ka’bah, tidak terbayangkan jaman dahulu Rasulullah sering berkhalwat disana, juga Siti Khadijah yang selalu setia mengantarkan makanan untuk Rasulullah, naik turun gunung setinggi itu, dan sejauh itu), Jabal Tsur (sekarang tidak boleh naik keatas), tempat nabi dilahirkan (sekarang sudah jadi perpustakaan), Museum Haramain (Tempat menyimpan benda-benda bersejarah Mekkah, Madinah, dan dunia Islam: Mulai dari Kunci Pintu Ka’bah sejak jaman dahulu hingga sekarang, Pintu Ka’bah jaman dahulu yang terbuat dari kayu, bekas sumur zam-zam, ada bekas mimbar rasul jaman dahulu dan bekas pilar ka’bah sebelum rehab, koleksi Al’qur’an ratusan tahun yang lalu dengan berbagai ragam penulisan, ornamen-ornamen masjidil Haram dan Masjid Nabawi, dst) dan banyak obyek lain. Tapi yang namanya rezeki, saya belum sempat mendatangi tempat-tempat bersejarah lain di Mekkah. Insya Allah akan tiba saatnya saya bisa mendatangi semua tempat bersejarah itu.

———————————–

Penutup

Setelah melaksanakan ibadah umroh ini, feel & soul dari lagu-lagu Bimbo: “Balada Sekeping Taman Surga”, “Jabal Rahmah”, dan “Wukuf di Arafah” sangat mengena dihati. Walaupun saya sudah menyenangi lagu-lagu Bimbo sejak kecil, tapi saat ini, lagu-lagu tersebut terasa berbeda, sangat membekas. Saya dengarkan tiap hari, dan tak terasa kadang rasa haru menyeruak.

Kini, yang tersisa hanya satu: kerinduan untuk bisa segera kembali ke tanah suci, bersujud dan beribadah di rumahNya.

Semoga saya bisa kembali lagi kesana, secepatnya, dan begitu juga semua rekan-rekan yang telah meluangkan waktu membaca seluruh (5 part) coretan saya ini, amin amin amin.

Labbaikallahumma Labbaik, panggillah kami menjadi tamu-Mu yang Allah.

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada 1 Oktober 2015 inci Uncategorized

 

2 responses to “Pengalaman Umroh Part 5 (Final)

  1. Eri Liye

    3 Oktober 2015 at 4:33 pm

    Kayaknya uda 3-4 x ane baca Part 1 sampe 5.
    Msh juga penasaran. Ingin segera kesana, sedang berharap berdoa, semoga mendapat kesempatan.
    Aminn…

    Terinakasih Om Fatani atas sharing ceritanya dan foto-fotonya.

    Suka

     
  2. Eri Liye

    3 Oktober 2015 at 4:54 pm

    Sebagai tambahan referensi, bagi yang mungkin sekedar ingin melihat/mengunjungi tempat ini juga di Mekkah saat umroh/haji. Harta Wakaf Saudagar Aceh di Mekkah.

    http://m.detik.com/news/berita/2727153/kisah-historis-wakaf-1500-riyal-untuk-jamaah-haji-asal-aceh

    Dan saya baru tahu juga, ternyata uang ini yang diterima tante saya saat pulang dari haji 3 tahun yang lalu.

    Suka

     

Tinggalkan komentar